EROSI,
ABRASI, BANJIR DAN TANAH LONGSOR
Resume ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Dasar IPA 3
Oleh Kelompok VI
Anggota :
1.
Audea Rinda
Vandana (1300567)
2.
Ayu Dina Rizki (1300420)
3.
Endang Herdawati (1300587)
4.
Nining Meliawati (1300493)
5.
Silvia Rifianti (1300479)
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas
Negeri Padang
2014
A.
EROSI
1.
Pengertian
Erosi
Menurut
istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah
atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat
dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis
batuan di dinding-dinding lembah. Air yang mengalir terus-menerus selama jutaan
tahun dapat menggerus batuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand Canyon di Amerika. Demikian
pula erosi akibat es yang
disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan
yang terisi dengan air yang membeku.
2. Proses
Terjadinya Erosi
Erosi merupakan
proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh
ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena
faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.
Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi
yang tekstur tanahnya merupakan sedimen,
misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah
hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat
erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan
terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
3. Jenis-Jenis
Erosi
Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya
yaitu:
a. Erosi
Akibat Gaya Berat
Batuan atau
sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang
disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan
massas. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan
penting karena arus air dapat
memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan
massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba
sehingga dapat menimbulkan becana tanah longsor.
Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah
liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi
akibat gaya berat. Erosi ini
akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan becana longsor.
b. Erosi oleh
Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah
yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut
membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain dari angin merupakan jika partikel keras
yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan
erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar 6 dapat dilihat contoh erosi oleh
angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di namibia, Afrika.
c. Erosi oleh
Air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa
sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang
mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah
karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada
tanah yang gundul. Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang
terjadi di El Paso County, Colorado, Amerika Serikat.
Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang
deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis.
Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan
kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga
cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air
dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga
pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat
mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas
sungai.
Erosi juga dapat
terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut
merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai.
Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan
batuan atau sedimen pantai.
d. Erosi oleh
Es
Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel
batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang
bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang
terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air
membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena
sifat es yang mengembang dalam pori-pori.
4. Dampak Erosi
Erosi mempunyai dampak yang kebanyakan merugikan,
karena terjadi kerusakan lingkungan hidup. Menurut penelitian bahwa 15%
permukaan bumi mengalami erosi. Kebanyakan disebabkan oleh erosi air kemudian
oleh angin.
Jika erosi terjadi di tanah pertanian maka tanah
tersebut berangsur-angsur akan menjadi tidak subur, karena lapisan tanah yang
subur makin menipis, dan jika terjadi di pantai, maka bentuk garis pantai akan
berubah.
Dampak lain dari erosi merupakan sedimen dan poluton
pertanian yang terbawa air akan menumpuk di suatu tempat. hal ini bisa
menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem di danau, pencemaran
air minum.
5. Pencegahan Erosi
Erosi tidak
dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi
merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain :
a.
Pengolahan
Tanah, Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman
tanaman, penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi.
b.
Pemasangan
Tembok Batu Rangka Besi, Dengan membuat tembok batu dengan
kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat mengurangi erosi air sungai.
c.
Penghutanan
Kembali, Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi
semula dari keadaan yang sudah rusak di beberapa tempat.
d.
Penempatan
batu Batu Kasar Sepanjang pinggir pantai.
e.
Pembuatan
Pemecah angin atau Gelombang, Pohon pohonan yang ditanam
beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin.
f.
Pembuatan
Teras Tanah Lereng, Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan
tanah terhadap gaya erosi.
6. Cara
Menanggulangi Erosi
Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis. Lahan-lahan
yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti
pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan
dilakukan dengan sistem sengkedan atau terassering. Pada setiap pematang yang
ada di sawah sengkedan usahakan ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon
kelapa, turi, munggur dan lain-lain. Jenis tanaman keras seperti pohon kelapa
disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan daunnya; akar-akarnya juga
berfungsi untuk menahan pematang dari bahaya longsor.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai,
maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove).
Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai merupakan
pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping
dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi
kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau atau api-api yang malang
melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai
jenis ikan.
Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada bagian
batang dan ranting-rantingnya sangat cocok untuk perkembangbiakan berbagai
jenis burung, monyet, ular pohon dan lain-lain.
Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya curam, maka
di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan
adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai dipecah
terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak yang
akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat
dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.
7. Cara Mencegah Terjadinya Erosi
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya erosi. Tindakan-tindakan tersebut antara lain :
a.
Menanami dengan tanaman penutup pada
bukit-bukit yang gundul.
b. Pada
tebing-lebing yang miring atau curam ditanami dengan tanam-tanaman keras.
c. Menghutankan
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tanam-tanaman keras.
d. Pengolahan
lahan pertanian di lereng-lereng gunung dan daerah-daerah miring dilakukan
sccaia sengkedan
e. Menghutankan
daerah pantai dengan tanaman bakau atau api-api.
f. Membangun
bangunan-bangunan pemecah ombak pada pantai-pantai yang bertebing curam.
B. ABRASI
1. Pengertian Abrasi Pantai
Definisi Abrasi atau Pengertian Abrasi adalah proses
pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia.
Tindakan manusia yang mendorong terjadinya abrasi
adalah pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan.
Selain itu penebangan pohon-pohon pada hutan pantai atau hutan mangrove memacu
terjadinya abrasi pantai lebih cepat.
Abrasi Pantai yang menumbangkan Pohon
Hutan Pantai yang tidak
terjadi abrasi mempunyai beberapa zonasi yang jelas, yaitu zone Ipomea
pescaprae dan zone Barringtonia. Zone Ipomea pescaprae
biasanya didominasi oleh Ipomea pescaprae dan Spinifex littoreus
(rumput angin). Sedangkan zone Barringtonia sering terdapat jenis-jenis
pohon Barringtonia asiatica, Pongamia
pinnata Merr, Cordia subcordata L, Calophyllum
inophyllum L, Terminalia cattapa L, dan
lain-lain.
Untuk mencegah terjadinya abrasi pantai perlu
dilakukan penanaman mangrove dan pohon-pohon pada hutan pantai serta memelihara
pohon-pohon tersebut dari gangguan manusia.
Hutan Mangrove
Manusia mengambil kayu dari hutan mangrove dan hutan
pantai untuk kehidupan sehari-hari, apabila pengambilan kayu dilakukan
secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan berkurang.
Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai memperbesar peluang terjadinya
abrasi.
Hutan Pantai
C.
BANJIR
1.
Pengertian
Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang
biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara
sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu
kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
tidak langsung dialirkan melalui jaringan pengaliran sungai, tetapi sebagian
ada yang diresapkan pada lapisan tanah dan sebagian lainnnya menguap. Sisa dari
penguapan dan peresapan air, barulah dialirkan melalui aliran sungai. Air hujan
yang jatuh pada lahan terbuka akan banyak dialirkan daripada diresap ke dalam
lapisan tanah. Sebaliknya, hujan yang jatuh di hutan airnya akan mengalir
melalui dedaunan yang telah lapuk serta
akar-akar tumbuhan, sehingga kesempatan untuk meresap ke dalam tanah lebih
lama. Akan tetapi biasanya dari kanopi hutan banyak air yang menguap (transpirasi). Namun, air hujan akan
lebih lama tersimpan dalam lingkungan hutan daripada di lingkungan lahan yang
terbuka atau gundul. Akibatnya banyak air yang tersimpan dalam hutan, air yang
mengalir menuju aliran sungai akan berkurang.
2.
Faktor
Penyebab Banjir
Banyak hal yang mengakibatkan terjadinya
banjir, diantaranya sebagai berikut:
a.
Penyumbatan
aliran sungai ataupun selokan
Penyumbatan ini terjadi karena
masyarakat terbiasa membuang sampah di sungai. Mereka beranggapan bahwa apabila
sampah dibakar, maka akan menimbulkan polusi udara dan bau tidak sedap.
Sehingga mereka mengambil jalan pintas tanpa memikirkan sebab dan akibatnya.
Penyumbatan ini juga terjadi karena sedimentasi atau pengendapan yang terjadi
di hilir sungai. Pengendapan ini mengurangi kemampuan sungai untuk menampung
air.
b.
Penggundulan
hutan
Penggulungan hutan selain banyak
meloloskan air hujan menjadi air limpasan. Percikan dan limpasan air tersebut
akan menoreh dan mengikis lapisan atas tanah atau erosi. Akibat erosi, aliran
air menjadi keruh sebagai akibat tingginya muatan sedimen. Sedimen tersebut
akan dibawa jauh sampai ke hilir sungai dan menjadi bahan yang mendangkalkan
saluran sungai. Akibat pendangkalan saluran menjadi factor lain yang
menyebabkan banjir.
c.
Curah
hujan tinggi
Curah hujan yang relatif tinggi,
menyebabkan sungai-sungai tidak mampu menampung volume air yang melampaui
kapasitas.
d.
Sedikitnya
daerah serap
Di zaman modern kali ini, daerah
serapan sangat jarang ditemukan. Terutama di daerah perkotaan yang pada
dasarnya sangat rentan terhadap banjir, mengingat kondisi kota berada di
dataran rendah. Daerah serap justru banyak tertutup dengan aspal ataupun
pembetonan sehingga air tidak dapat meresap ke dalam lapisan tanah.
e.
Pendirian
rumah di sepanjang sungai
Masyarakat yang mendirikan rumah di
pinggir sungai, cenderung mengurangi lebar sungai. Dengan berkurangnya lebar
sungai, menyebabkan air tidak mengalir secara optimal.
3.
Dampak
Banjir
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir,
adalah sebagai berikut:
a.
Dampak Primer
1)
Kerusakan fisik, mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan,
mobil, bangunan, sistem selokan
bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
b.
Dampak Sekunder
3)
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani
disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung
kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
4)
Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak
bisa bernapas.
5)
Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan
darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
c.
Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi,
kesulitan
ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata,
menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali; kelangkaan
makanan yang mendorong kenaikan harga, dan lain-lain.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata
banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti
mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah.
Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang
curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran
penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor
utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir
menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan
industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan
dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).
4.
Cara
Penanggulangan Banjir
Untuk menanggulangi
terjadinya banjir, maka dibutuhkan cara penanggulangan sebagai berikut:
a. Pengoptimalan
sungai ataupun selokan
Sungai
ataupun selokan sebaiknya dipelihara dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sungai ataupun selokan tidak untuk tempat pembuangan sampah. Kebersihan air dan
deras arusnya harus di pantau setiap saat sekedar untuk mengamati jika
sewaktu-waktu terjadi banjir.
b. Larangan
pembuatan rumah penduduk di sepanjang sungai
Tanah
di pinggiran sungai tidak seharusnya digunakan sebagai areal pemukiman
penduduk. Selain menyebabkan banjir, juga tatanan pola masyarakat menjadi tidak
teratur.
c. Melaksanakan
program tebang pilih dan reboisasi
Pohon
yang telah ditebang seharusnya ada penggantinya. Menebang pohon yang telah
berkayu kemudian tanam kembali tunas pohon yang baru. Ini bertujuan untuk
regenerasi hutan agar tidak gundul.
d. Mempergunakan
alat pendeteksi banjir sederhana
Untuk
memantau tanda-tanda terjadinya banjir, dibutuhkan suatu alat pendeteksi
banjir. Alat pendeteksi ini dibuat secara sederhana agar masyarakat mampu untuk
membuatnya.
5.
Jenis-Jenis
Banjir
Terdapat
berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Banjir air
Banjir yang
satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya
air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi
daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun
terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
b.
Banjir
“Cileunang”
Jenis banjir
yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini
disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak.
Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa
segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika
banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang
adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
c.
Banjir Bandang
Tidak hanya
banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material
air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air
karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini
untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu
daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan,
dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air
ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan
sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material
ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar
pegunungan.
d. Banjir Rob (Laut Pasang)
Banjir rob
adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap
melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan
menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
e. Banjir Lahar Dingin
Salah satu
dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya
hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan
lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya.
Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan
mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.
f. Banjir Lumpur
Banjir
lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir
ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari
dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan
merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu
yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo
belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru
di sekitar titik semburan lumpur utama.
D.
TANAH
LONGSOR
1.
Proses
Terjadinya Tanah Longsor
-
Air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah.
-
Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka tanah menjadi
licin.
-
Selanjutnya tanah pelapukan yang
berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
2.
Dampak yang
Ditimbulkan Oleh Tanah Longsor
a. Rusaknya
area pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
b. Rusaknya
Infrastruktur
c. Daerah
pemukiman penduduk.
d. Jalan dan
jembatan.
e. Sarana
pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
f. Buruknya
sanintasi lingkungan.
3.
Upaya
Penanggulangan
a.
Jangan mencetak sawah dan membuat
kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman, Buatlah terasering
(sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman.
b. Segera
menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
c. Jangan
menebang pohon di lereng Jangan membangun rumah/pemukiman di bawah
tebing/lereng terjal.
Hal yang dilakukan selama dan
sesudah terjadi bencana:
a.
Tanggap
Darurat
Yang harus
dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: Kondisi medan, Kondisi bencana, Peralatan, informasi
bencana.
b.
Rehabilitasi
Upaya
pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
c.
Rekonstruksi
Penguatan
bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
4. Pemicu
Terjadinya Tanah Longsor
Umumnya,
timbulnya tanah longsor dipicu oleh hujan lebat. Lereng gunung yang gundul dan
rapuhnya bebatuan dan kondisi tanah yang tidak stabil membuat tanah-tanah ini
tidak mampu menahan air di saat terjadi hujan lebat. Akan tetapi, tanah longsor
juga bisa ditimbulkan oleh aktivitas gunung berapi atau gempa.
Lereng-lereng
yang lemah yang mendapat tekanan dari getaran gempa tentu saja membuat tanah
yang terkena tekanan tadi menjadi longsor. Aktivitas gunung berapi yang
menimbulkan hujan deras, simpanan debu yang lengang dan alirannya pun juga
dapat menimbulkan tanah longsor.
Penambangan
tanah, batu, atau pasir yang tidak terkendali juga bisa menjadi pemicu bencana
ini. Manusia seharusnya tidak menggunduli hutan, menambang tanah atau pasir
atau bebatuan dalam jumlah besar yang akan mengganggu kestabilan tanah dan
memicu terjadinya longsor.
Selain
faktor di atas, faktor lain yang memicu terjadinya tanah longsor adalah erosi
akibat sungai dan gelombang laut menciptakan lereng yang curam. Bahkan petir,
getaran mesin, dan penggunaan bahan peledak juga dapat menimbulkan tanah
longsor.
Gejala
terjadinya tanah longsor:
1.
Munculnya
retakan di lereng-lereng yang arahnya sejajar dengan tebing.
2.
Air
sumur yang keruh di sekitar lereng.
3.
Munculnya
air di permukaan tanah pada lokasi yang baru secara tiba-tiba.
4.
Rapuhnya
tebing dan kerikil mulai berjatuhan.
Wilayah
yang rawan longsor:
1.
Berada
di daerah yang gundul dan terjal
2.
Pernah
terjadi tanah longsor sebelumnya.
3.
Daerah
yang dilalui aliran air hujan
4.
Kondisi
tanah yang tebal atau sangat gembur pada lereng-lereng yang terkena hujan lebat
dengan intensitas tinggi
5. Dampak
dan Penanggulangan Longsor
Di
daerah yang terjal, kecepatan luncuran tanah longsor dapat mencapai 75 km/jam
sehingga sulit bagi seseorang untuk menyelamatkan diri. Itulah sebabnya ketika
tanah longsor terjadi, banyak rumah dan penduduk, binatang, fasilitas umum yang
tertimbun longsoran. Bencana ini pun banyak memakan korban jiwa.
Itulah
sebabnya penting bagi kita untuk menanggulanginya dengan menghindari penyebab
timbulnya tanah longsor. Caranya dengan tidak menebangi hutan, menanam tumbuhan
berakar kuat seperti lamtoro, bambu, akar wangi, dan tumbuhan lainnya pada
lereng yang gundul, membuat saluran air hujan, memeriksa keadaan tanah secara
rutin dan berkala, membangun tembok penahan di lereng yang terjal, juga mengukur
tingkat kederasan air hujan.
Menghindari
bencana longsor:
1.
Membangun
pemukiman yang jauh dari area yang rawan longsor (seperti di dekat tebing yang
curam dan terjal).
2.
Berkonsultasi
pada orang yang paham sebelum membangun pemukiman.
3.
Melakukan
deteksi dini pada area-area yang dicurigai rawan longsor
Tindakan
yang harus dilakukan ketika tertimpa tanah longsor:
1.
Pindahlah
ke daerah yang tanahnya stabil ketika tanah longsor terjadi
2.
Bila
tidak mampu melarikan diri, lingkarkan tubuh seperti bola untuk melindungi
kepala tertimpa atap.
Tindakan
yang harus dilakukan setelah terjadi longsor:
1.
Pergi
dari daerah longsoran untuk menghindari terjadinya tanah longsor susulan.
2.
Bantu
arahkan SAR ke lokasi.
3.
Bantu
penduduk yang tertimpa longsoran, periksa lukanya, dan pindah ke tempat yang
aman.
4.
Waspada
pada banjir dan aliran reruntuhan yang dapat terjadi setelah tanah longsor.
5.
Laporkan
fasilitas umum yang rusak ke pihak yang berwenang.
6.
Periksa
kerusakan fondasi rumah akibat longsor.
7.
Tanamlah
tumbuhan di daerah bekas longsoran untuk mencegah terjadinya erosi yang dapat menyebabkan
banjir bandang.
DAFTAR RUJUKAN
Dahar, Ratna Wilis.
1991. Materi Pokok Pendidikan IPA
1. Jakarta : Depdikbud
Dirdjosoemarto, Soendjojo dan Abdurrachman.
1991. Materi Pokok Pendidikan IPA 2.
Jakarta: Depdikbud.
Suhandi, Andi, dkk. 2007. Konsep Dasar Bumi Antariksa untuk SD.
Bandung: UPI Press.